Kembalinya Siluet Itu
ada sebuah sketsa lusuh merengek dalam
kepalaku. dia lahir lewat tangis seorang ibu dan tumbuh oleh suara-suara yang
memicingkan matanya, dan yang terkadang membelai rambutku dengan mata berair.
airmata serta sumpah serapah membuat sketsa itu lebih menyerupai siluet di luar jendela pada tengah malam. ada banyak suara yang tidak berempati pada kesedihan bocah kecil yang terus menatap ke arah jendela itu, yang membuatnya memilih diam dan tidak harus mengenal bapaknya. suara-suara itu hanya terus menjejali kepalaku dengan pensil-pensil runcing, penghapus kotor, dan kertas lusuh.
aku percaya, pagi akan segera tiba dan
hari semakin senja. si bocah hanya bungkam, dan mampu menghapus sketsa menjadi
obrolan-obrolan antara ia dan bapaknya. si ibu terus merapal, dan berhasil
melenyapkan siluet dengan cahaya dari langit.
siluet telah kembali pada buku-buku
dongeng yang tak akan diceritakan. sketsa itu kini menjadi puisi yang abadi
seperti doa.
Purwokerto,
Oktober 2013
Comments