Posts

Showing posts from September, 2014

BEDEBAH

tak kau tepis-hentakkan tangan-kakimu? kau hanya memasung kata dan berdamai dengan nestapa akhirnya, sesal menjelma begitu purna membodohiku sendiri mencemoohku sendiri: "mampus kau dilahap sunyi!" Purwokerto, 2012

LABIRIN MALAM

Aku benar-benar terperangkap lubang malam Tak tahu ujung jalan Kawanku tak tahu aku terjatuh-terperangkap Mereka tahu aku tak mungkin terjebak Ah, sendiri kususuri labirin malam Dan tak kutemui satu pun petunjuk malam Purwokerto, 2012

KERTAS LUSUH DAN PENSIL BARU

kuambil kertas lusuh dari pikiran yang masih sisa diambil pula olehnya pensil baru dari rasa yang purna dan kita mulai me rangkai  sebuah cerita tentang perjumpaan dan perpisahan Purwokerto, 2012

DOA ILALANG

bukan alang-kepalang tentang taram-temaram maka sambutlah gilang-gemilang biarlah alang-kepalang beraroma surgawi sedang yang taram-temaram hanyalah busuk duniawi hingga gilang-gemilang berpaut di hati Amiin Purwokerto, 2011

SAYUP-SAYUP SUCI

Dari perjalanan ke tujuan Dari impian ke kenyataan Masihlah teka-teki dibalut keheningan Setelah lelah berlari Setelah linglung mencari Masih belum kutemu jua Ah, aku t erkapar tak sadar diri Tergeletak namun tak mati Mungkin aku butuh sayup-sayup suci Lantunan firman Ilahi Merdu nyanyian penyanjung Nabi Untuk mengharumkan jalan di persimpangan Untuk mengindahkan pikiran di banyak kelokan Purwokerto, 2011

BUAT ADIK!

dik, akan kubantu raih anganmu yang pelangi itu akan kubawa terbang dirimu meski dengan sayap patahku patah tersebab terpaan kegamangan tapi, dik, kita akan tetap berjuang melewati awan-gemawan menyapa rembulan, menata gemintang dan di sana kita tancapkan bendera kemenangan Bogor, 2011

DALAM RUANG

Haruskah seperti apa dan bagaimana? Itulah adanya, kau tak perlu bertanya muasalnya Aku hanyut pada diamnya Aku beku pada dinginnya             Biarkan mereka berkata             Biarkan mereka tertawa             Doaku tetap menggebu di dada             Bukan dada yang fana Dalam ruang Tertaburi riang n an bimbang Semua ber denyut, saling meng ekang Antara tenang dan genderang Antara kemenangan dan dipercundangkan Purwokerto, 30 Oktober 2011

KOPI-ROKOKKU

Kopiku telah dingin Terasuk embun pagi yang ingin Tak beda terhadap batin Terjamah debu-debu yang sedang bermain Rokokku tak tersisa Terhisap dua rongga Tak beda terhadap jiwa Terbercak noda di dalamnya Purwokerto, 2011

DI KEDAI KOPI

dalam ruang ini aku berdiri masih menyapa pagi, memesan kopi ah, tampak jelas, ada kelas di sini aku, kau, dia, kalian, mereka beda dunia di sini hanya tentang siapa yang terpadang di mata Sang Esa Purwokerto, 2011

BELAILAH

Mendekatlah kesini! Hinggaplah pada raga ini! Rasuki jiwa ini! Aku terjerat, terperangkap Aku ingin lepas, bebas Di balik jeruji ini Dalam pekat ini Tuhan, dada ini sungguh terusik Karena darah-darah terus berbisik 2011

KUSIBAK TIRAI

sibaklah tirai dan rasakan angin yang damai agar kepala tak terbengkalai biar dada tak terbuai dari dunia yang melambai-lambai Bogor, 2011

PERJALANAN

Ujung jalan masih amat  jauh Lewatilah segala yang gemuruh Agar langit biru dapat disentuh 2011

ANGAN

Kumohon, lepaslah semua yang mengikat pikiran! Biar ia tapaki terus, lurus, mulus, tanpa rintangan Ya, aku harus terus mencari dan mencari Hingga terkuras memori Kutemu jawabnya Aih, tapi tak dapat jua aku mengenalinya Aku  coba hampiri, cermati: Menghantam kening di bumi Agar termaafkan hitam di diri Menengadah tangan pada angkasa tinggi Agar terhapuskan noda-noda di dinding sunyi Aku tersungkur lantas berucap: "Naungi diri ini, yaa Rabbi. " Purwokerto, 2011

KEHIDUPAN DAN “PELAJARAN MENGARANG” DARI SANG PENGARANG

(Analisis Cerpen “Pelajaran Mengarang” Karya Seno Gumira Ajidarma) oleh  Wahyu Noerhadi A.     Pendahuluan Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta yang berarti “ teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar sas yang berarti “instruksi” atau “ajaran”. [1] Sastra adalah pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner atau secara fiksi. Dalam hal ini, sastra memang representasi dari cerminan masyarakat. Senada dengan apa yang diungkapkan oleh George Lukas bahwa sastra merupakan sebuah cermin yang memberikan kepada kita sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih hidup, dan lebih dinamik. [2] Sastra dapat pula diartikan sebagai sebuah tulisan, karangan, bahasa atau kata-kata yang memiliki nilai estetika atau keindahan. Melalui karya sastra manusia dapat mempelajari dan menghayati setiap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya, karena karya sastra pun lahir dari kehidupan itu sendiri. Fungsi dari sast