Posts

Showing posts from January, 2015

Ketika Hantu-hantu Berlarian

Jam dinding terlihat sengaja merangkak-rangkak, menuruti hardikkan hantu-hantu yang mentertawaiku. Seorang lelaki tua asyik melukis surga, menebarkan wewangiannya pada wajahku. Aku mengira akan sia-sia, karena hantu-hantu tetap terjaga. Ternyata, dadaku saja mampu dikoyak oleh kata-katanya: “Kau akan jadi manusia!” Seketika itu hantu-hantu pun lari terbirit-birit. Purwokerto, 2013

Ketika Aku Sibuk Membagi Wajah Puisi

Kepalaku jebol dan kata-kata meluap semaunya. Kata-kata berebutan mencari wajahnya. Aku pun mulai sibuk membaginya. Semua itu karena sebelum banjir tiba, aku bersua dengan wajah yang selalu mengandung dan melahirkan kata-kata. Purwokerto, 2013

Kembalinya Siluet Itu

ada sebuah sketsa lusuh merengek dalam kepalaku. dia lahir lewat tangis seorang ibu dan tumbuh oleh suara-suara yang memicingkan matanya, dan yang terkadang membelai rambutku dengan mata berair. airmata serta sumpah serapah membuat sketsa itu lebih menyerupai siluet di luar jendela pada tengah malam. ada banyak suara yang tidak berempati pada kesedihan bocah kecil yang terus menatap ke arah jendela itu, yang membuatnya memilih diam dan tidak harus mengenal bapaknya. suara-suara itu hanya terus menjejali kepalaku dengan pensil-pensil runcing, penghapus kotor, dan kertas lusuh. aku percaya, pagi akan segera tiba dan hari semakin senja. si bocah hanya bungkam, dan mampu menghapus sketsa menjadi obrolan-obrolan antara ia dan bapaknya. si ibu terus merapal, dan berhasil melenyapkan siluet dengan cahaya dari langit. siluet telah kembali pada buku-buku dongeng yang tak akan diceritakan. sketsa itu kini menjadi puisi yang abadi seperti doa. Purwokerto, Oktober 2013

Kembalilah!

membuncahlah kau pada langit diri pada pelukan ilahi jika kau terus gamang akan mengarah ke mana kilauan: semburat cahaya kata ini? ayo, kembalilah dari kata ke kata dari kala ke kala Purwokerto, 28 Februari 2013

Katamu, Wajahku Menyeramkan

katamu, kemarin di siang bolong kau mimpi buruk. kau tidak bermimpi dikejar-kejar hantu, kau tidak bermimpi sedang di hutan, malam-malam sendirian dan diburu binatang buas? kau tidak mimpi gigimu ompong, yang kata orangtuamu akan ada berita duka: orangtua atau saudaramu akan meninggal dunia. katamu, kau mimpi bertemu dengan gurumu. “dalam mimpi beliau berkata kepadaku: dalam sisa hidupmu ini kau tidak akan pernah bisa bermimpi lagi, jika…” setelah itu kau menangis, beranjak, mandi, keramas, dan tidak gosok gigi karena kau takut gigimu hilang. kau bercermin dan tersentak melihat wajahku di dalamnya. katamu, diriku menyeramkan. wajahku berdarah-darah, mataku yang kiri mengeluarkan ulat dan satunya bolong, hidungku besar, telingaku panjang, gigiku bertaring dan banyak yang hilang, lidahku bercabang. kau terus memandang, mengamati wajahku atau wajahmu? dan kau sadar, kau tidak sedang bermimpi. Tanjungpinang, 2013

Karena Waktu?

ai, kawan ! entah apa dan bagaimana kisah ini berawalan? dan seperti apa akhir dari penantian? dari setiap jengkal detik, menit, jam, hari hingga bertahun lamanya canda, tawa, haru berpadu dan kini ada yang aneh d ari hamparan waktu itu mengapa engkau ini? atau kenapa aku ini? bukan kecewa, juga benci aku hanya enggan mencecap yang tak pasti Purwokerto, 28 Maret 2013

Jangan Tertawa!

Setelah sekian lama, sekarang waktunya kau bercerita. Kau terlalu banyak diam sekaligus tertawa. Kau lupa. Aku tahu kau gundah dan dirajam masalah. Ayo! Ceritakan padaku dan dunia. Cukup lama kau tak menyapa. Kau pun lupa cara menangis, sedang hatimu teriris. Padahal tadi kau bersua dengan aroma surga, dan rampung mendengarkan cerita. Sekarang giliranmu ceria, jangan hanya tertawa. Purwokerto, September 2013

Halaman Terakhir Pagi Ini

Aku masuk kembali pada halaman buku yang usang: setiap malam datanglah seorang pemuda pada lelaki tua. Dia tetap menggendong kesunyian dan memakai sepatu yang berkerikil. Boleh jadi, lelaki tua itu dapat mengambilkan satu kerikil dalam sepatu. Dan si pemuda berharap agar kesunyian tetap rapi di ranselnya. Setiap kubuka halaman terakhir, ending- nya akan berbeda. Pagi ini kudapati kata sebelum kata-kataku: biarkan, “orang ngomong, anjing gonggong” dan kita akan “hidup seribu tahun lagi.” Purwokerto, 26 November 2013

Dia Terbaring Memeluk Senja

Padahal kemarin dia selalu menentang alam, dan berhasil. Kini, sama sekali tak berguna. Akhir-akhir ini dia memang sering tersenyum dibanding tertawa. Dia pernah menginginkan malam yang panjang, tanpa pagi yang benderang. Dia pernah memikirkan gagak hitam yang memanggil-manggil namanya. Dia sekarang lebih terkesan tentang senja dan dia sering terkekeh-kekeh ketika orang-orang memberitahunya bahwa hari masih pagi. Tapi, ketika ada orang yang paham tentang kesannya, dia takkan mengakuinya. Sekarang? O, mungkin akibat pengakuannya, alam sepakat dengan orang-orang, bahwa hari memang masih pagi. Tanjungpinang, 2013

Kata Si Lelaki Tua di Lapangan Desa

Lapangan hijau tempatku bermain bola menjadi tempat yang riuh. Suara-suara berdistorsi di udara. Aku disalami amplop oleh tetanggaku. Dia memberikan syarat. Ah, firasatku tidak baik. Aku harus memilih antara kenyamanan atau kebenaran. Di lapangan itu kujumpai seorang tua yang kukenal. Ia memiliki kebenaran. “Jangan memberi janji,” katanya. Banyumas, 2013

Dahaga

Semesta mungkin bercerita, aku dijodohkan dengan lelaki tua. Dia: belaian angin di sore hari, perjalanan waktu, isi pada buku-buku. Dia selalu mengajaku berkencan. Dia selalu memesan kausar, karena aku tahu dia terus dahaga. Aku memesan alat pemeras. Manakala aku dapat meneguk secangkir saja yang dihasilkan tubuh itu, maka aku akan memuntahkannya menjadi kata-kata. Aku pun dahaga bersua dengannya, menelan segala yang ada pada tubuhnya. Purwokerto, November 2013

Celoteh

hujan tiba-reda-tiba pelangi sapa seribu basa camar dan senja mulai bercengkerama sekadar celoteh jiwa muda sekadar dari sekadar seketika cipta besar? mungkin mengakar meranting kekar, atau semua tetap akan terasa hambar? Purwokerto, 11 Mei 2013

Bah!

Kuhentikan terbang Lalu kembali berjalan Tanpa pikiran Sampai di tepi jurang Mata terpejam jatuh ke dalam Bah! Baunya menyengat Mengikat raga dan jiwa Keindahan diam saja Aku tabah hadapinya Menikmati semua yang fana Purwokerto , Mei 2013

Biar Mereka Malu dan Bungkam

Aku tak bisa lagi merasakan puisi. Nyanyian sumbang tlah mencengkeramku. Sobat, kau kuda betina, bantu aku melepaskan tangan-tangan hitam ini. Ajak aku berlari masuk hutan. Aku sudah lama sekali ingin berburu. Kita bermalam di gua. Bentak dan usir penghuninya: serigala, tikus atau kelalawar yang mencuri keindahan buah pada pohonnya. Kita ikat mereka, kemudian kita permalukan mereka di pasar. Ayo sobat, sekarang aku tidak gentar. Aku rasa kita jangan hanya mengumpat. Kita keluarkan suara, biar mereka malu dan bungkam. Purwokerto, 2013

Anjing

Setibanya di jalan Sei Jang, di depan rumah-rumah dan toko-toko Cina aku melihat banyak anjing turun dari langit. Anjing itu memiliki sayap. Bah, dasar anjing. Meski tidak mengejar dan menggigit tetap saja kau anjing. Saban hari kerjaanmu menggong-gong, menjulurkan lidah, kencing dengan tiga kaki di bawah tiang listrik. Aku tiduran dan tidak akan memikirkan anjing. Apa anjing berpikir, aku akan tiduran dan tidak akan memikirkan manusia? Apa anjing berpikir kesibukan manusia: bangun, kerja, dapat duit, makan, berak, tidur, beranak, mati? Anjing itu ternyata mengikutiku hingga ke makam. Menungguku di sana hingga kiamat tiba. Tanjungpinang, 2013

Angin, Hujan, dan Embun

mengalir begitu saja dalam kesentosaan dari secarik kertas perasaan dari sebatang pena keyakinan dan semua dihasut keabadian tapi apa kudapati? begitu pelikkah kini terkuras berbagai imaji tercurah berbagai rasa pada diri coba melepas kata nurani tak dapat juga kudendang-lantunkan nyanyian jiwa dan dendang lalang apa karena telah usang pikiran tak tersentuh kedamaian angin tak tersirami kesejukan hujan tak tertetesi ketenangan embun hingga seperti ini keadaan angin bertiup amat pelan dan rongga dada hadapi kesunyian hujan tak kunjung datang dan jiwa tlah kerontang embun tak titikkan dan rasa hilang keindahan Purwokerto, 27 Maret 2013