Posts

Showing posts from February, 2015

Tersedak

malam itu aku dibungkam gelap. rembulan dan gemintang rupanya telah lenyap terbawa arus darah yang meluap, tak menghiraukan dada. aku ikut hanyut dan tersedak hari kemarin. Purwokerto, 2013

Sia-sia

aku masih melantur, ketika bulan sudah tunduk pada fajar. aku melihat diriku komat-kamit, merapal segala mantra, dan tubuhku bergerak-gerak sendiri. aku melihat kesia-siaan. lidahku tampak lentur, namun ajianku takkan pernah sempurna jika kepalaku telah dicuri rencana-rencana. Purwokerto, 19 November 2013

Semoga Malaikat Tak Bersuara

malam itu aku mendapat undangan dari seorang lelaki. ketika hendak pergi, aku diikuti gerobak pengangkut kesialan. tentu malaikat tahu, gerobak itu milikku. dan hantu-hantu selalu saja cekikikan, teriakkan: hore! mampus kau! entah, lelaki itu hafal atau tidak, apa yang kubawa? boleh jadi ia mengira bukan sebagai gerobak, melainkan satu truk penuh kesialan. aku hanya menunduk kikuk dan berharap: semoga saja kacamatanya tidak dipakai untuk mengira-ngira. ; semoga malaikat tidak terlalu terbuka untuk berkata-kata. Purwokerto, 2013

Saat Inilah Engkau!

saat inilah engkau ketika kicau burung tak lagi ramah saat inilah engkau ketika warna bunga tak lagi cerah ketika bulan tak singgahi malam saat inilah engkau ketika satu bintang pun tak nampakkan saat inilah engkau hei rembulan, gemintang munculkan rupamu! siapa nyana, cahaya menusuk kalbu Purwokerto, 28 Maret 2013

Proses Merayu Tuhan

seperti biasa, tiga malam terakhir ini, sebelum mimpi-mimpi menarik tanganku, wangi telaga telah mengajakku bermain dadu. kasur, bantal, dan guling mendorongku untuk berjaga dalam permainan petak umpet. jendela kamar menyuruhku membeli buku tts di warung depan kampus, samping masjid. aku beranjak dan menuruti permintaan mereka. sekadar meyakinkan, aku bertanya, “baiklah, ini semua untuk esok ‘kan?”. mereka tersenyum lantas mengangguk. setelah habis keringat dan begitu yakin kemudian aku pergi mandi, berpakaian mewah dan memakai penutup kepala, biar sopan. tak lupa lidahku kuolesi dengan minyak wangi non-alkohol. malam ini penampilanku sangat rapi. sebelum berangkat ke malam jum’at, penghuni kamarku berpesan: kau harus merayu dan terus merayu agar semua bisa dimenangkan. lewat telepon rumah aku merayu tuhan, bicara dan bercerita dengan bahasa dan nada yang amat indah. aku berdansa bersama mantra dari sejarah. aku terus merayu dengan kalimat-kalimat dan gerak tubuh yang paling

Anak Adam Hanya Mencoba

Tuhan Maha Rahman Beribu ampun aku ucapkan Aku benar titikkan Aku sungguh gumamkan Aku kalap, akulah si mukalaf Aku banyak tertawa dan lupa Padahal hidung, mata, telinga Tangan, kaki, jari-jari Yang bakal berkata nantinya Kepala dan kelamin pasti menyumpahi Mulut? Takkan mampu bersaut Noda, noda, noda Terus saja terpelihara Oh, manusia hanya mampu bertanya-tanya: “Bagaimana?” Dan terus berbicara: “Siksa-Mu teramat pedih Sampai sulit tuk mengartikan pedih peri Kami tak pantas bahagia Tapi kami tak mau dirundung nestapa.” Oh, Tuhan Maha Kuasa Anak Adam hanya mencoba Purwokerto, 2/03/2013

Perempuan yang Melata

di jalan menuju sei jang, aku bertemu seorang wanita. ia seperti menutup mata dan telinga pada realita. aku terpana. aku kira detak jantungnya adalah gema gua. aku sapa, dia pergi melata. Tanjungpinang, 2013

Pekerjaan Mencari Waktu

aku membuka-buka lembaran waktu sembari terus menghardik diriku: jangan ada yang terlupa! aku sibuk mencari-cari waktu di punggungku. pekerjaan itu kulakukan ketika hari kamis telah habis; ketika kutemukan jernih kata di dada. bah, dasar manusia! selalu saja dapat kata ketika ada maunya; ketika ia ingin genggam satu malam tuk bayar utang 83 tiga tahun 4 bulan, agar kelak ia tenteram. Tanjungpinang, 2013

Muntahan Waktu

Sampai pukul 07.08 pagi, mimpi masih belum mengetuk pintu kamarku. Padahal jendela kubiarkan terbuka agar ia leluasa. Bahkan mengintip pun tidak. Baiklah, akan kuciptakan sendiri bayangan. Dengan kabel hitam kecil yang dialiri listrik, suara-suara mulai menembus masuk telinga, dan kepalaku siap untuk mememahat bentuk-bentuknya. Ah, wajahmu saja wangi daun jeruk nipis. Kepalamu masih dari terigu, telur, gula, dengan banyak air. Dan kau yakin, kau dan orang-orang merasakan aroma dan manisnya. Sehingga jam dinding itu takkan diam membiarkanmu: jam dinding itu selalu saja menjumuti bagian kepala, wajah, dan tubuhmu. Menguyah lalu melahapnya, namun terkadang memuntahkannya menjadi diriku. Kota Gurindam, Juli 2013

Menunggu Kereta

Kemarin, aku ingin sekali pergi. Rasa-rasanya aku telah berkemas, meski masih harap-harap cemas, karena tiket yang kubeli transparan. Keamanan di sana, kata guru ngajiku merupakan keamanan yang paling ketat di antara semua yang paling ketat. Aku takut petugas mengira aku berbohong, dan aku juga tak tahu apa benar diriku berbohong, karena kebenaran pun masih jauh di ujung. Sekarang, aku sudah perlente dan siap untuk pergi. Di peron, setiap semuanya datang dan pergi, aku mendengarkan nyanyian-nyanyian yang mengajakku bermain di punggung waktu. Ah, aku tak jadi pulang. Kereta tak kunjung datang. Kota Gurindam, 2013

Menangis, Meronta

ayolah, tak usah berpura-pura kau cukup bersandar saja di pundak malam mengadu pada ramah angin mulailah bercerita dan jika kau merasa lega aku sarankan kau terus menangis kau pun perlu meronta biar deras itu kata biar merah itu dada Purwokerto, September 2013

Masih Sepi, di Sini!

Di stasiun Gubeng kami menanti Orang-orang menanti Langit menanti Bunga-bunga menanti Akhirnya kerabat tiba Fajar sudah menyala Kendaraan lalu-lalang Seketika membungkam keheningan Aku masih menanti Tapi kedua kawanku telah pergi dengan kepala mereka sendiri Dan aku masih sepi, di sini! Surabaya, 28 September 2013

Mantra yang Menciptakan Desahan Bayangan

ibuku tengah berdendang. damai dan tenang. bapak burung dan anaknya sampai lelap dibuatnya. padahal mantra itu untuk langit. burung-burung tak harus mendengar dendang untuk tidurnya. burung itu kekenyangan setelah melahap sebutir telur dan segelas teh manis hangat. keparat, aku yang merapal aku juga yang terjerat. bayang-bayang menggodaku untuk menemani tidurnya, membelai rambutnya, memeluk dan menciuminya. tak perlu dipaksa pun, belaiannya, wangi nafasnya menggiurkan. sungguh kali ini mantra-mantra tak dapat menahannya. mantra-mantra tidak bisa menghentikan desahannya. bayangan itu terus mengoyak-ngoyak diriku, otakku. memaksa diriku untuk terus mencumbunya. bayangan itu tersenyum menyeringai sambil menunjukan pencukur kumis dan sebotol cuka. tangan-tangannya kini merogoh kepalaku lewat telinga, mulut, hidung, lewat setiap lubang di kepalaku. diambilnya silet yang terpasang di alat pencukur dan bayangan itu mulai menyileti, menyirami otakku dengan cairan cuka. bah, mantraku

Malam Nisfu Syakban

segala dilaku, ditutup tak bisa diketuk dan kembali masuk segala dilaku, telah dibuka tanpa diketuk, sudah terbuka dan mesti masuk bah, kau akan berlaku apa? ditutup pun kau tak pahaminya dibuka pun kau tentu arahnya bah, manusia hanya mampu berkata: “sudah ditutup dan telah dibuka, maka berlaku sebaik-baiknya!” Purwokerto, 23 Juni 2013