seperti biasa, tiga malam terakhir ini, sebelum mimpi-mimpi menarik tanganku, wangi telaga telah mengajakku bermain dadu. kasur, bantal, dan guling mendorongku untuk berjaga dalam permainan petak umpet. jendela kamar menyuruhku membeli buku tts di warung depan kampus, samping masjid. aku beranjak dan menuruti permintaan mereka. sekadar meyakinkan, aku bertanya, “baiklah, ini semua untuk esok ‘kan?”. mereka tersenyum lantas mengangguk. setelah habis keringat dan begitu yakin kemudian aku pergi mandi, berpakaian mewah dan memakai penutup kepala, biar sopan. tak lupa lidahku kuolesi dengan minyak wangi non-alkohol. malam ini penampilanku sangat rapi. sebelum berangkat ke malam jum’at, penghuni kamarku berpesan: kau harus merayu dan terus merayu agar semua bisa dimenangkan. lewat telepon rumah aku merayu tuhan, bicara dan bercerita dengan bahasa dan nada yang amat indah. aku berdansa bersama mantra dari sejarah. aku terus merayu dengan kalimat-kalimat dan gerak tubuh yang paling