Menunggu Kereta
Kemarin, aku ingin sekali pergi.
Rasa-rasanya aku telah berkemas, meski masih harap-harap cemas, karena tiket
yang kubeli transparan. Keamanan di sana, kata guru ngajiku merupakan keamanan
yang paling ketat di antara semua yang paling ketat. Aku takut petugas mengira
aku berbohong, dan aku juga tak tahu apa benar diriku berbohong, karena
kebenaran pun masih jauh di ujung.
Sekarang, aku sudah perlente dan siap
untuk pergi. Di peron, setiap semuanya datang dan pergi, aku mendengarkan nyanyian-nyanyian
yang mengajakku bermain di punggung waktu. Ah, aku tak jadi pulang. Kereta tak
kunjung datang.
Kota
Gurindam, 2013
Comments