Muntahan Waktu

Sampai pukul 07.08 pagi, mimpi masih belum mengetuk pintu kamarku. Padahal jendela kubiarkan terbuka agar ia leluasa. Bahkan mengintip pun tidak. Baiklah, akan kuciptakan sendiri bayangan. Dengan kabel hitam kecil yang dialiri listrik, suara-suara mulai menembus masuk telinga, dan kepalaku siap untuk mememahat bentuk-bentuknya.

Ah, wajahmu saja wangi daun jeruk nipis. Kepalamu masih dari terigu, telur, gula, dengan banyak air. Dan kau yakin, kau dan orang-orang merasakan aroma dan manisnya. Sehingga jam dinding itu takkan diam membiarkanmu: jam dinding itu selalu saja menjumuti bagian kepala, wajah, dan tubuhmu. Menguyah lalu melahapnya, namun terkadang memuntahkannya menjadi diriku.


Kota Gurindam, Juli 2013

Comments

Populer Post

KEHIDUPAN DAN “PELAJARAN MENGARANG” DARI SANG PENGARANG

Isi Kepala Sapto*

Hidup Hanya Singgah untuk Memandang dan Mendengarkan

Menengok Adat Suku Sasak di Kampung Sade

Pembelaan yang Datang Terlambat