Mantra yang Menciptakan Desahan Bayangan
ibuku tengah
berdendang. damai dan tenang. bapak burung dan anaknya sampai lelap dibuatnya.
padahal mantra itu untuk langit. burung-burung tak harus mendengar dendang
untuk tidurnya. burung itu kekenyangan setelah melahap sebutir telur dan
segelas teh manis hangat.
keparat, aku
yang merapal aku juga yang terjerat. bayang-bayang menggodaku untuk menemani
tidurnya, membelai rambutnya, memeluk dan menciuminya. tak perlu dipaksa pun,
belaiannya, wangi nafasnya menggiurkan. sungguh kali ini mantra-mantra tak
dapat menahannya. mantra-mantra tidak bisa menghentikan desahannya. bayangan
itu terus mengoyak-ngoyak diriku, otakku. memaksa diriku untuk terus mencumbunya.
bayangan itu
tersenyum menyeringai sambil menunjukan pencukur kumis dan sebotol cuka.
tangan-tangannya kini merogoh kepalaku lewat telinga, mulut, hidung, lewat
setiap lubang di kepalaku. diambilnya silet yang terpasang di alat pencukur dan
bayangan itu mulai menyileti, menyirami otakku dengan cairan cuka. bah,
mantraku belum sempurna.
Tanjungpinang, 2013
Comments