Proses Merayu Tuhan
seperti biasa, tiga malam terakhir ini,
sebelum mimpi-mimpi menarik tanganku, wangi telaga telah mengajakku bermain
dadu. kasur, bantal, dan guling mendorongku untuk berjaga dalam permainan petak
umpet. jendela kamar menyuruhku membeli buku tts di warung depan kampus,
samping masjid. aku beranjak dan menuruti permintaan mereka. sekadar
meyakinkan, aku bertanya, “baiklah, ini semua untuk esok ‘kan?”. mereka
tersenyum lantas mengangguk.
setelah habis keringat dan begitu yakin
kemudian aku pergi mandi, berpakaian mewah dan memakai penutup kepala, biar
sopan. tak lupa lidahku kuolesi dengan minyak wangi non-alkohol. malam ini
penampilanku sangat rapi. sebelum berangkat ke malam jum’at, penghuni kamarku
berpesan: kau harus merayu dan terus merayu agar semua bisa dimenangkan.
lewat telepon rumah aku merayu tuhan,
bicara dan bercerita dengan bahasa dan nada yang amat indah. aku berdansa bersama
mantra dari sejarah. aku terus merayu dengan kalimat-kalimat dan gerak tubuh
yang paling romantis. aku terus merayu seperti bocah kecil minta dibelikan
mainan. bocah kecil yang terus merengek serta menggosok-gosokan kakinya ke
tanah dan matanya berair. bocah kecil itu tahu bapaknya punya banyak koin emas
dan sayang padanya. bocah itu hanya tinggal menunggu bapaknya tersenyum dan
menyodorkan uang ke pedagang. dan aku hanya bisa pastikan bahwa tuhan
tersenyum.
Tanjungpinang, 27 Juli 2013
Comments