Teringat "Asal Usul" Mahbub Djunaidi
Oleh: Wahyu Noerhadi Kadang, di sela-sela kerjaan, saya menyempatkan baca Kompas. Terlebih Kompas Minggu. Sebab, di situlah saya bisa baca cerpen dan rubrik "Udar Rasa". Membaca "Udar Rasa" kerap menyegarkan batok kepala saya yang kadang umeb dengan rencana-rencana kerja. Kesegaran--dan kadang di dalamnya ada pula kejenakaan--rubrik itu mengingatkan saya pada "Asal Usul", kolom yang diisi penuh oleh Almarhum (Mbah) Mahbub Djunaidi, yang sudah dibukukan oleh Penerbit Kompas sendiri, pada tahun '96. Kolom "Asal Usul" Harian Kompas memang telah marhum, sebagaimana Mahbub, selaku kolumnisnya. Sayang betul tentunya, kita tak bisa lagi menjumpai tulisan-tulisan Mahbub yang kritis, bernas, penuh taburan humor, dan kaya metafor itu. Entah pula, kenapa saya mempertanyakan kepergian "Asal Usul"? Apakah memang sudah tak ada lagi kolumnis yang humoris sekaliber Mahbub? Apa betul kadar humor kita sudah berkurang,