Sedikit Cerita dari Kawanku
Oleh: Wahyu Noerhadi Akhirnya aku berjumpa lagi dengannya di kantin kampus. Sebenarnya, aku tidak menduga akan kembali berjumpa dengannya, meski aku pun mafhum, tiap pagi ia dan kawan-kawannya bakal nongkrong dan memesan ‘sesajen’ (kretek dan kopi hitam) di sini. Kini ia memang tampak lebih kurus ketimbang waktu kami masih sering bersama, ketika kami masih semester 3. Selain lebih kurus, janggutnya pun terlihat lebih lebat. Namun, ada satu yang tidak berubah darinya, yaitu penampilannya. Ya, penampilannya itu—yang kerap membuat orang barang sejenak tak bisa mengalihkan pandang padanya—selalu saja perlente. “Hey, bagaimana kabarmu?” “Ya, seperti yang kau lihat,” jawabnya sembari menarik kursi, dan duduk di hadapanku. Sekitar lima belas menit kami berbasa-basi: saling menanyakan kabar dan kesibukan. Setelah lima belas menit yang membosankan itu, ia pun mulai mengubah air mukanya. Ia memang nampak sedang memenjarakan sesuatu dalam kepalanya, dalam hatinya. Hal itu bisa kulihat d