Anjing

Setibanya di jalan Sei Jang, di depan rumah-rumah dan toko-toko Cina aku melihat banyak anjing turun dari langit. Anjing itu memiliki sayap. Bah, dasar anjing. Meski tidak mengejar dan menggigit tetap saja kau anjing. Saban hari kerjaanmu menggong-gong, menjulurkan lidah, kencing dengan tiga kaki di bawah tiang listrik.

Aku tiduran dan tidak akan memikirkan anjing. Apa anjing berpikir, aku akan tiduran dan tidak akan memikirkan manusia? Apa anjing berpikir kesibukan manusia: bangun, kerja, dapat duit, makan, berak, tidur, beranak, mati?

Anjing itu ternyata mengikutiku hingga ke makam. Menungguku di sana hingga kiamat tiba.

Tanjungpinang, 2013

Comments

Populer Post

KEHIDUPAN DAN “PELAJARAN MENGARANG” DARI SANG PENGARANG

Isi Kepala Sapto*

Hidup Hanya Singgah untuk Memandang dan Mendengarkan

Menengok Adat Suku Sasak di Kampung Sade

Pembelaan yang Datang Terlambat