Dikutuki

tiba-tiba tiada
bayang di malam tak kuasa
cahaya menyerbu
dengan macam, mungkin beribu
tetap saja, tak nampak bayangku

malam paling kelam antara malam yang kelam
duka paling nestapa antara duka yang nestapa

ah, separah itukah?
rembulan, gemintang
nampakkan, tak pancarkan
mengutuki, menyumpahi:
“musnah engkau ditelan kelam!”

ah, semesti itukah?
sekitar malam pun turut
bertoleh sambil berkecut
beramai, bergumam:
“mampus engkau dilanda nestapa!”

Purwokerto, November 2012

Comments

Populer Post

KEHIDUPAN DAN “PELAJARAN MENGARANG” DARI SANG PENGARANG

Isi Kepala Sapto*

Hidup Hanya Singgah untuk Memandang dan Mendengarkan

Menengok Adat Suku Sasak di Kampung Sade

Pembelaan yang Datang Terlambat