Fanatisme Pintu Masuk Setan Menguasai Manusia

Ulil Abshar Abdalla sedang menyampaikan penjelasan kitab Ihya Ulumuddin, masterpiece karangan ulama Imam Ghazali.

Ada beberapa pintu masuk atau cara setan menggoda dan menguasai manusia. Salah satunya yaitu fanatisme atau sifat fanatik. Fanatisme yang dimaksud adalah fanatisme terhadap mazhab dan juga fanatisme atas ahwa (pendapat).

Penjelasan di atas disampaikan oleh Ulil Abshar Abdalla dalam pengajian bulanan 'Kopdar Ngaji Ihya' di Masjid An-Nahdlah PBNU, Kamis (1/03) malam.

"Mazhab ini maksudnya aliran di dalam fiqih, sedangkan ahwa yaitu pendapat atau teori dalam ranah teologi. Di dalam fiqih pun ada fiqih ihtiyathi yang galak (tegas, red.) karena hati-hati,  dan ada juga fiqih taisiri yang lebih enteng, lebih santai," jelas Ulil sembari mengamati kitabnya.

Dari Kitab Ihya Ulumuddin karya filsuf Islam terkemuka Imam Al-Ghazali, Ulil memaparkan bahwa fanatisme atas mazhab dan pendapat itu bisa melahirkan sifat dengki atau iri hati kepada seseorang yang berbeda mazhab dan pendapat.

"Memandang (yang berbeda) dengan mata merendahkan serta mengejeknya," ucap Ulil.

Ulil mengungkapkan, fanatisme tersebut adalah kehancuran dan bisa menjangkiti baik ahli ibadah maupun seorang yang fasik.

"Orang yang nyinyir kepada orang lain dan sibuk menyebut-nyebut kekurangan orang lain sifatnya seperti binatang buas," ungkap menantu Gus Mus ini sembari mengatakan bahwa fanatisme dari dulu sampai sekarang sama.

"Imam Ghazali menulis kitab Ihya Ulumuddin saat muncul fanatisme pada zamannya. Dan sekarang fanatisme tetap ada. Meski konteksnya berbeda tapi secara substansi sama. Meski kitab ini ditulis seribu tahun yang lalu tetapi selalu relevan, karena kitab ini ditulis berdasarkan pada pengalaman spiritual Imam Ghazali sendiri," paparnya.

Usai pemaparan kitab Ihya, Ulil menambahkan bahwa bukan berarti orang yang bermazhab itu pasti fanatik, melainkan orang yang fanatik itu pasti bermazhab.

"Artinya tidak semuanya yang bermazhab itu fanatik. Justru ketika ada orang-orang yang menggalakkan anti mazhab, lalu mereka mendirikan mazhab baru di luar mazhab empat (Syafi'i, Hanafi, Hambali, Maliki), muncullah fanatisme," imbuh Ulil. (Wahyu Noerhadi)

Bisa juga dibaca di NU Online

Comments

Populer Post

KEHIDUPAN DAN “PELAJARAN MENGARANG” DARI SANG PENGARANG

Isi Kepala Sapto*

Hidup Hanya Singgah untuk Memandang dan Mendengarkan

Menengok Adat Suku Sasak di Kampung Sade

Pembelaan yang Datang Terlambat