Baran, Film yang Tenang dan Menyenangkan

Cover film Baran (2001)

Baran (2001), seperti kata kawan saya, memang film yang menyenangkan dan layak untuk ditonton ulang. Film garapan sutradara dan penulis Iran Majid Majidi ini, bisa dibilang film yang hampir bisu atau minim dialog. Ya, mungkin seperti film-film Iran yang lain; hampir bisu dan dengan pemandangan yang seakan apa adanya. Mungkin sudah jadi karakter film Iran. Saya pernah juga lihat film Iran yang lain; Close-Up (1990), besutan Abbas Kiarostami. Pun demikian. 'Tenang' dan menyenangkan.

Beda dengan film-film Hollywood, yang menawarkan pemandangan (gambar) indah; saking kerennya jalan cerita bikin takjub sekaligus dahi berkerut; juga film-film mutakhir penuh dengan kecanggihan efek CGI. Ya, memang tergantung genre dari film itu sendiri sih. Dan, tontonan kita (saya) tampaknya memang terlalu didominasi Hollywood sih!

Kawan saya yang lain bilang, film Hollywood sekarang minim (atau miskin) rasa.

"Sci-fi memang jagonya, tapi kalo drama ya mending Korea. Haha."

Lebih-kurang begitu ujar kawan saya.

Ada memang film Hollywood yang bisu. A Quiet Place (2018), misalnya. Bagus memang. Tapi, kebisuan itu nggak natural kalau saya boleh komentar. Film itu memang wajib demikian. Karena kalau berisik sedikit saja, para pemainnya bakal dilahap alien. Lha wong film thriller je.

Balik ke film Baran, yang dalam bahasa Indonesia artinya Hujan. Film ini sederhana; menghadirkan gambar para kuli bangunan di Teheran; bagaimana seorang mandornya yang bernama Ma'mar (baca: Mehmar, dengan "h" kecil) mesti menyembunyikan kuli-kuli asal Afghani ketika ada Sidak atau pengawas dari pemerintah Iran. Karena, ya, memperkerjakan para pengungsi Afghanistan sebetulnya adalah ilegal.

Adalah Lateef, seorang kuli berusia 17 tahun, selaku tokoh utama yang menarik perhatian saya. Wajahnya mirip Jim Carrey. Lucu.
Lateef (Hosein Abedini)

Lateef, anak muda ini dianalogikan sebagai ayam adu; selalu siap lompat dan bertarung dengan siapa saja, meski berhadapan dengan orang-orang tua.

Terlebih ketika pekerjaan utamanya sebagai tukang bikin-antar teh dan rokok ke para kuli bangunan, harus dialihkan ke Rahmat (nama samaran dari Baran), seorang new comer di dunia kuli, yang masih belia juga usianya--yang harus bekerja menggantikan ayahnya (Najaf), yang pincang sebab jatuh dari lantai 2.

Kontan saja Lateef marah dan benci. Ia taruh dendam pada Rahmat. Tapi, setelah tahu kalau Rahmat adalah Baran, ia berubah drastis jadi lembut dan penyayang, baik pada binatang maupun ke tumbuhan. Tidak hanya sikapnya, penampilannya berubah. Hari pertama ia tahu kalau Rahmat adalah Baran, ia mengenakan kemeja necis dan berambut klimis meski harus mengangkat-angkat sak semen. Bahkan, kalau ada yang komplain atas kerja Baran, Lateef membela; maju membusungkan dada dan tinjunya.

Dialog Lateef dan sang mandor, Ma'mar.

Satu waktu, seorang kuli komplain ke Rahmat karena yang disuguhkannya bukan rokok bermerk Montana.

Lateef lihat dan dia langsung maju. Lateef bilang ke seorang kuli yang cukup berumur dan tampak kuat untuk menghajarnya itu.

"Semua rokok sama saja. Semuanya berasap," ujar Leteef kesal.

Lantas Lateef menambahkan, "Kupukul hidungmu sampai masuk ke otakmu."

Perkelahian singkat pun terjadi.

Di pertengahan film, pengawas tahu bahwa Ma'mar memperkerjakan banyak Afghani. Sebagai sanksi, Ma'mar harus memecat semua Afghani yang bekerja padanya, termasuk Baran di dalamnya.

Lateef pun kehilangan Baran. Dia galau. Gaber: galau berat. Tapi, dengan jiwa mudanya, ia mencari-cari sendiri Baran. Dengan modal seadanya yang diberikan mandor Ma'mar, Lateef mencari di mana Baran tinggal (mengungsi).

Hingga tibalah Lateef di pinggiran kota Teheran, dan berjumpa dengan Sultan--seorang tua, yang mengantar Baran sewaktu daftar kerja di sebuah proyek bangunan yang dimandori Ma'mar itu.

Setelah tanya-tanya kepada Sultan, akhirnya Lateef pun tahu, Baran bekerja di Kan Sulerun, di sebuah tempat di dekat pemakaman Syu'aib.

Sosok Baran di balik hijabnya, saat berjumpa dengan Lateef terakhir kalinya.

Perjuangan Lateef untuk menjumpai Baran di desa tempatnya mengungsi sungguh menarik. Juga bagaimana perjuangan Lateef untuk membantu keluarga Baran dari kesulitan, adalah pemandangan yang mengharukan. Sila, tonton sendiri, sebelum saya banyak cerita dan jadi spoiler seutuhnya. Lha ndak apa-apa juga toh, wong itu bukan film baru je.

Oya, info tambahan, film Baran ini sudah memenangkan banyak penghargaan, baik skala nasional maupun internasional. Di IMDb ratingnya 7.8/10 dan 89% dari Rotten Tomatoes. Fix!

Comments

Blog27999 said…
Let me tell you something...

What I'm going to tell you may sound pretty weird, maybe even kind of "strange"

WHAT if you could simply hit "Play" to listen to a short, "musical tone"...

And INSTANTLY bring MORE MONEY into your LIFE?

I'm talking about hundreds... even thousands of dollars!

Think it's too EASY? Think something like this is not for real?

Well, Let me tell you the news..

Usually the most magical blessings life has to offer are the easiest to GET!

In fact, I'm going to PROVE it to you by allowing you to PLAY a real-life "magical abundance tone" I developed...

And do it FREE (no strings attached).

You simply click "Play" and you will start having more money come into your life... starting almost INSTANTLY...

CLICK here now to play this marvelous "Miracle Wealth Building Tone" as my gift to you!

Populer Post

KEHIDUPAN DAN “PELAJARAN MENGARANG” DARI SANG PENGARANG

Isi Kepala Sapto*

Hidup Hanya Singgah untuk Memandang dan Mendengarkan

Menengok Adat Suku Sasak di Kampung Sade

Pembelaan yang Datang Terlambat