Posts

Showing posts from November, 2014

Menyusun Strategi

seorang lelaki tengah menyusun strategi untuk mengabadikan sunyi demi tak terjebak rayuan mimpi lihatlah! seorang lelaki tengah memunguti keping-keping kenangan yang luruh dari kepalanya (lembut ucap ibunya dan hardik bijak bapaknya atau rengek manja adiknya) Purwokerto, 2011

Sapa Pagi

ketika pagi menjelang dada pun turut riang dan kepala terngiang desau kenangan yang tak beraturan ah, kuharap ramah mentari mampu menata diri hingga kuhirup aroma surgawi Purwokerto, 2011

Nestapa

ia ibarat malam yang mencekam setiap sudut dada yang kelam ia akan selalu datang menyapa jiwa yang tlah lupa akan kebangkitannya Purwokerto, 2011

Sampai Abadi

gumpalan awan-gemawan tampak kabur burung camar alunkan melodi menghibur embun pagi pun masih hinggap di dedaunan yang terjulur hingga mentari menebar senyumnya di ufuk timur ah, kuharap sinarnya rasuki diri sampai abadi Purwokerto, 2011

Rahasia*

oleh Wahyu Noerhadi Syahdan, di suatu tempat terdapatlah dua orang lelaki yang tengah menyusuri padang pasir. “Muridku, aku takkan berhenti berjalan sebelum kita sampai pada pertemuan antara dua buah lautan. Aku akan berjalan terus meski harus menempuh waktu selama bertahun-tahun.” Ujar salah seorang kepada seseorang di sampingnya. Si murid menatap airmuka sang guru, lantas dengan mantap ia menganggukan kepalanya. Di bawah sengat matahari, di atas hamparan padang, mereka terus bercakap-cakap kesana-kemari. Tiap kali mata memandang, tiap itu pula mata tertumbuk pada fatamorgana. Bahkan, tak jarang mata mereka pun mungkin akan mendapati sebuah oasis yang menggiurkan di tengah kegersangan. Sesekali mereka berhenti sejenak untuk beristirah. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Hati senang bukan alang-kepalang. Setelah lama berjalan, tibalah mereka di tempat pertemuan dua buah lautan. Mereka masih menapaki padang sembari menikmati aroma lautan. “Muridku, bawalah kemari makanan kita.

Meditasi*

oleh Wahyu Noerhadi “Ini acara selesai jam berapa, Mas?” sapa pemuda di depanku sembari menengok ke arlojinya. “Di manual acaranya sih sampai jam dua belas, tapi kebiasaan kita ‘kan mulur. Jadi, ya, paling banter kita selesai jam tiga pagi kayaknya Mas. Ho-ho-ho,” jawabku kepada pemuda yang belum kuketahui namanya itu. Percakapan itu terjadi sesaat sebelum aku mencolek pipi kiri Ayu, teman sekelasku yang juga kekasih dari pemuda yang belum kuketahui namanya itu. Kemudian, dengan air muka yang tak bisa kujelaskan, pemuda itu bangkit dari kursi dan tiba-tiba menepuk pundakku, lalu mengajakku ke luar ruangan. “Kalau memang lelaki, ayo kita selesaikan di sini!” geretak pemuda itu dengan tangannya mencengkeram kerah bajuku. “ Lho, lho, lho, Mas...” Belum selesai aku bicara. Buuuggg. Satu tinju mendarat di pipi kiriku. Aku kebingungan dan pemuda itu terus saja meracau sambil mengendurkan kerah bajuku, dan berlalu. Ayu, yang berdiri tegap di belakangku ikut berlalu bersama k

Oi!

amboi... angin sepoi membelai, mengecup begitu dalam sang saka yang dirundung keresahan sang garuda yang ditimpa kemasygulan oi, mari bantu! jangan hanya membatu sudah waktunya kita berseru ke mana kata-kata bung karno dulu? ayo, angkat kepalamu! busungkan dadamu! kepalkan tinjumu! dan suarakan kemerdekaanmu! agar saka dan garuda turut mengharu Purwokerto, Agustus 2011

Ketika Ia Datang

kutergeletak, tak mati ingin kugerak, tapi tak kudapati hanya harapan menari-nari dalam otak apa daya jika raga tak hentak hingga hadir sosok bagai malaikat tak bersayap, penuh gairah melekat lain ucap, lain pula nasihat hanya isyarat yang tersirat Purwokerto, 2011

Entah

suasana berubah-ubah tak mengarah tak berbuah bukan duka lara apalagi suka cita entahlah rasa tak mewakilinya? Purwokerto, 2011

Pilihan

ini antara yang tak pasti antara dua arah yang perlu dikehendaki tentang teka-teki yang mesti teryakini yang nantinya akan kutapaki dan tak kembali Purwokerto, 2011

Arah Tujuan

angan? dipikir akan teraih takkan! kala terus merintih di dalam bui, di balik jeruji jadah segala maya ini! hanya gumam, tanpa keputusan kuakan yakini dan jalani penghidupan berlari dan berlari kemudian tak tertahankan hingga kutemui pintu kehakikian Purwokerto, 2011