Posts

Bukan Membanding-bandingkan*

Image
Kumpulan cerpen Pak Kayam (kiri) dan Kumpulan cerpen Paman Yusi (kanan) Bukan, bukan membanding-bandingkan. Hanya saja ini perkara selera. Lha gimana, wong itu yang sa rasa. Dan ini sekadar pembacaan orang awam saja. Jadi gini, semula sa pilih buku yang berjejer di atas lemari. Tidak banyak. Buku-buku yang sudah dibaca dan yang sudah dibeli namun tak kunjung sa baca. Ya, manusia kan banyak alasan; alasan waktu, nanti deh, belum sempat, urusan kerjaan yang belum atau tak kunjung kelar, dan barangkali memang takkan selesai. Ada saja, ada lagi, ada lagi. Selalu saja ada. Namun setelah dipikir, sa ini kan bukan kolektor atau penimbun buku-buku. Sa punya buku ya buat dibaca. Buku-buku itu ada yang sa beli sendiri, ada yang dibelikan, ada pula hadiah dari penulisnya, ada juga pemberian atau hibah dari saudara, tepatnya kakak sepupu dari istri. Yang terakhir itu sa mau cerita sedikit. Ya, sa mengincar beberapa koleksi buku yang dimiliki kakak sepupu dari istri. Mas Yudi namanya. Buku-bu

Ke Kuburan

Image
  Foto: Google Aku masih ingat betul menjelang Asar langit mendung   Di beranda ramai pelayat Di dalam keranda jasad terbaring bersedekap Dan lelaki itu sudah sejak awan Bersedu sedan  Hampir pingsan   Kiai melayangkan doa-doa Santri-santri dan keluarga Mengamini Dan dengan bacaan Tahlil Ditaburkan bunga-bunga di jalan tempat lewat iring-iringan   Di kuburan Liang sudah selesai disiapkan   Rintik air turun bersama tubuh berkain kafan   Aku turut menurunkan tubuh Dengan pelan Dengan gemetar suara azan di bibir dan kerongkongan   Dengan kedua tangan kututupi dengan tanah tubuh itu: Tubuh ibuku   ربي لاتحرم أمي من الجنة فهي لم تحرمني شيئا في الدنيا Jakarta, 8 September 2020 4:30 WIB

Di Kasur

Image
Credit: Unsplash              -  untuk FNF pulang kerja seperti biasa lelaki itu menggembol tas yang kata kawannya berisi bola meriam   direbahkan pegal di punggung nyeri di pinggul dan hangat di tengkuknya itu   di atas kasur tubuh tergolek berdarah-darah tercabik-cabik gagak-gagak   seorang bocah menatap dengan mata sejatinya menggusah dengan tangan mungilnya   “Hush, hush, hush …”   gagak beterbangan bersama doa-doa   lelaki itu terperanjat: memeluk tubuhnya erat Jakarta, 13/08/2020

Sebelum Mati

Image
  Credit: Unsplash laa diangkat ke atas ilaa diayun ke kanan ha diputar ke kiri illAllah dibanting ke hati   berkali-kali berkali-kali berkali-kali   sampai si lelaki sadarkan diri   Jakarta, 13/08/2020

Menggunting Kuku II

Image
Credit: Unsplash   usai subuh   Yaa Allah aku ingat ini jumat   oh, ibu ini bukan sabtu aku bisa menggunting kuku   maaf, bu   aku sering lupa ibu ada   Jakarta, 17/04/2020 (h-2 tiga tahun ibuku)

Menggunting Kuku

Image
Credit: Freepik bangun tidur subuh tiba-tiba saja aku ingin menggunting kuku   hari itu, sabtu   dan, aku ingat ibuku: jangan gunting kuku di hari ... ah, aku lupa betul-betul lupa   maaf, bu   aku sering lupa aku mau tanya oya, aku lupa ibuku sudah tiada   Jakarta, 17/04/2020

Tara Basro dan Dampak Komodifikasi Media

Image
Sumber gambar: instagram.com/tarabasro Standar kecantikan ideal yang dikonstruksi—sekaligus dieksploitasi—oleh media itu tidak lain adalah bentuk komodifikasi. Prinsip komodifikasi diartikan sebagai proses transformasi nilai guna jadi nilai tukar. Vincent Mosco (1996) menyebut, komodifikasi ini sebagai kegiatan produksi dan distribusi komoditas yang lebih mempertimbangkan daya tarik, agar banyak dipuja oleh orang dibandingkan dengan fungsinya sendiri sebagai barang dagangan. Satu contoh yang jamak dimafhumi, wanita ideal selalu dicitrakan berkulit putih atau kuning langsat, tinggi dan berbodi bak top model yang berlenggang di arena catwalk . Orang kita biasanya menyebut wanita dengan ciri-ciri di atas dengan akronim yang mengarah kepada nama burung kecil berbunyi nyaring: Kutilang (kuning, tinggi, langsing). Tentu sudah sejak lama konstruksi itu berjalan. Ya, kita tahu, pada akhirnya konstruksi dan komodifikasi media adalah strategi dalam bisnis-industri semata. Dal